Dzul Qa’dah, Bulan Istimewa Terjadinya Haji Wada’, Haji Pertama dan Terakhir Rasulullah Saw

Dzul Qa’dah, Bulan Istimewa Terjadinya Haji Wada’, Haji Pertama dan Terakhir Rasulullah Saw

Dzulqa’dah, mengingatkan kembali akan wafatnya seorang ulama yang sangat masyhur dari tanah Baghdad, Al Imam Abu Bakar Muhammad Al-Baqilani. Qodhi pemerintahan Dinasti Buwaihiyah yang terus berkunjung ke seluruh pelosok negeri, untuk memperjuangkan, menggerakkan, dan menyebarkan paham Asy’ariyah. Pondasi ideologi Ahlusunnah wal Jamaah.

Tentu, banyak sekali peristiwa besar dalam Islam di bulan Dzulqa’dah, seperti perang Badar Sughra tahun ketiga Hijriyah, perang Bani Quraizhah tahun kelima Hijriyah, Perjanjian Hudaibiyah tahun ketujuh Hijriyah, lebih jauh Imam Ibnu Katsir Ad-Dimisyqi ketika menjelaskan Al-A’raf ayat 143 dalam kitab tafsirnya mengatakan bahwa, Nabi Musa menerima kitab Taurat dari Allah terjadi pada bulan Dzulqa’dah.

Ala kulli hal, salah satu peristiwa paling akbar di bulan Dzulqa’dah yang ditulis begitu detail oleh banyak sejarawan Islam adalah ketika Rasulullah Saw melaksanakan Haji Wada’. Tepatnya, Kamis 6 Dzulqa’dah tahun kesepuluh Hijriyah.

Haji Wada’, merupakan ibadah haji pertama dan terakhir Rasulullah Saw. Momentum Haji Wada’ adalah simbol gemilang dakwah Rasulullah Saw. Yang selama 23 tahun Nabi dengan para sahabat melewati beratnya medan perjuangan. Harta dikorbankan, tenaga dihabiskan, pikiran diberikan, hingga nyawa pun menjadi taruhan demi untuk mengibarkan panji keimanan.

Sekali lagi, Haji Wada’ adalah monumen dalam sejarah perkembangan Islam, ketika ratusan ribu kaum muslimin dari Jazirah Arab dan sekitarnya berbondong-bondong menuju Makkatul Mukarramah untuk melaksanakan haji bersama Rasulullah Saw.

Syaikh Mushtafa as-Siba’i dalam kitabnya Sirah An Nabawiyyah Durus wa Ibar menyebutkan sebanyak 114.00 umat Islam datang ke Mekah menunaikan ibadah haji. Sementara itu Syaikh Shafiyurrahman Al-Mubarakfuri dalam Ar-Rahiqul Makhtum menulis bahwa, saat Haji Wada’ ada sekitar 124.000 atau 140.000 kaum muslimin.

Tentu, angka-angka yang disebutkan dua sejarawan Islam ini sangat fantastis dan menggembirakan, bahwa Rasulullah Saw hanya butuh waktu 23 tahun untuk mengislamkan bangsa Arab, sebuah bangsa yang selama ribuan tahun meyakini ideologi jahiliyah.

Amma bakdu, penamaan Dzulqa’dah diambil dari tradisi bangsa Arab, bahwa orang-orang Arab masa lalu tidak melakukan perang (qu’uud ‘anil qitaal) di bulan ini. Di antara keistimewaan dan keutamaannya adalah; Bulan mulia, sebagaimana Firman Allah Swt di Surah At-Taubah ayat 36. Ada empat bulan yang dimuliakan (Asyhurul Hurum) Allah, yaitu Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Kedua, Dzulqa’dah adalah satu di antara tiga bulan haji, yaitu Syawal, Dzulqa’dah dan sepuluh hari pertama Dzulhijjah. Sebagaimana penjelasan Allah Swt di Surah Al-Baqarah ayat 197. Ketiga, Rasulullah tidak melakukan ibadah umrah kecuali di bulan Dzulqa’dah, sebagaimana banyak disebutkan dalam kitab Hadits, salah satunya riwayat Sahabat Anas bin Malik ra di kitab Shahih Al Bukhari. Terakhir, 30 malam bulan Dzulqa’dah pernah disebutkan oleh Allah Swt dalam Surah Al-A’raf ayat 142.

Wa Akhiran, peristiwa sejarah dan keutamaan bulan Dzulqa’dah sudah sepantasnya menjadi bahan renungan, refleksi diri, hingga terbukanya ruang pikiran positif untuk mengambil pelajaran. Paling tidak, atau minimal, bahwa saat kita berada di bulan yang mulia, mari berdoa dan berharap semoga kebaikan dan kemuliaan diri semakin bertambah. Amin.

H. R. Umar Faruq I Sekretaris RMI PCNU Babat