Kiai Ridwan Abdullah: Perancang Lambang NU yang Menyulap Rumahnya Jadi Kantor NU
KH. Ridwan Abdullah merupakan anak sulung dari enam bersaudara dari pasangan Kiai Abdullah dan Ibu Nyai Ma’rufah, beliau lahir pada 1 Januari 1884 di kampung Carikan Gang I, Kelurahan Alun-alun Contong, Bubutan, Surabaya.
Selasai Sekolah Rakyat (SD) Belanda, KH. Ridwan Abdullah nyantri di beberapa pondok pesantren di Jawa dan Madura, di antaranya, Pondok Buntet Cirebon, Pondok Siwalan Panji Buduran Sidoarjo dan nyantri kepada Syaikhona Kholil Bangkalan, Madura.
Kiai Ridwan Abdullah pernah mukim di mekah dua kali. Pertama, tahun 1901 di mekah selama tiga tahun. Kedua, tahun 1911 beliau kembali lagi ke Mekkah dan bermukim selama 1 tahun. Sepulang dari mekah, beliau menjadi pendakwah dan pengajar dari satu tempat ke tempat lain. Dari satu daerah ke daerah lain.
Nahdlatul Wathan (1916)
Sewaktu KH. Wahab Chasbullah pada tahun 1916 membentuk organisasi pemuda Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air), Kiai Ridwan diajak bergabung dan sejak itu menjadi pendamping utama Kiai Wahab dalam pergerakan organisasi sosial keagamaan.
Pada tahun yang sama, Nahdlatul Wathan mendirikan Madrasah yang kemudian mempunyai banyak cabang di berbagai daerah, termasuk Malang, Gresik, Semarang, Jombang, dan lain-lain. Bersama KH. Wahab Chasbullah, KH. Alwi dan KH. Mas Mansur, Kiai Ridwan aktif mengajar di Madrasah Nahdlatul Wathan.
Khidmah Nahdlatul Ulama (1926)
Ketika Nahdlatul Ulama didekralasikan pada 31 Januari 1926. Kiai Ridwan Abadullah all out khidmah kepada NU. Kiai Ridwan mengurangi kesibukan mengurus toko kain sekaligus tailor di Jalan Kramat Gantung, Surabaya.
Toko itu kemudian diserahkan kepada adiknya, Kiai Ridwan Abdullah juga menjadikan rumah mertuanya di Bubutan untuk kepentingan NU. Lantai bawah untuk percetakan NU, sedangkan lantai atas dipakai untuk sekretariat dan ruang pertemuan.
Lambang Nahdlatul Ulama
Nama Kiai Ridwan Abdullah di benak warga nahdliyin tidak bisa lepas dari maha karya beliau dalam menciptakan lambang NU. Lambang itu pertama kali dikenalkan pada acara Muktamar NU kedua di Surabaya tanggal 9 Oktober 1927.
Para peserta muktamar, warga Surabaya, dan masyarakat dari berbagai daerah tertegun melihat lambang Nahdlatul Ulama yang dipasang di depan pintu masuk Hotel Muslim (sekarang menjadi Hotel Bali) yang ada di Jl. Peneleh, Surabaya.
Tentara Pejuang Kemerdekaan
Di masa perjuangan merebut kemerdekaan Republik Indonesia, Kiai Ridwan Abdullah ikut bergabung dalam barisan tentara Laskar Sabilillah. Pengorbanan Kiai Ridwan Abdullah tidak sedikit, seorang puteranya yang menjadi tentara PETA (Pembela Tanah Air) gugur di medan perang.
Selain dikenal sebagai kiai yang alim, KH. Ridwan Abdullah juga dikenal sebagai ulama yang memiliki keahlian khusus dibidang seni lukis dan kaligrafi. Salah satu karya beliau yang masih bisa kita lihat adalah Masjid Kemayoran Surabaya, masjid yang mempunyai arsitektur khas ini merupakan hasil buah tangan Kiai Ridwan Abdullah.
KH. Ridwan Abdullah wafat pada tahun 16 Februari 1962 di usianya ke 78 tahun. Beliau lalu dimakamkan di Komplek Pemakaman Umum Islam Karang Tembok, Surabaya.
Penulis: Julio Renas Feba I NUBC